Musibah yang menimpa masyarakat Pulau Enggano di tahun 2025 akibat pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai, dampaknya, penyebab, penanggung jawab, serta solusi agar kapal bisa berlabuh dan ekonomi bisa pulih.
Musibah: Pendangkalan & Isolasi Ekonomi
1. Pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai menyebabkan kapal feri dan kapal pengangkut barang tidak bisa bersandar dan keluar-masuk pelabuhan sejak Maret–April 2025 .
2. Akibatnya, sekitar 4.000 warga terancam isolasi: pasokan BBM, sembako, dan penumpang tidak bisa terlayani .
3. Hasil bumi dan laut seperti pisang, ikan, jengkol, emping menumpuk, membusuk, dan akhirnya dibuang ke laut—diperkirakan mencapai Rp 5 miliar per bulan hanya dari pisang .
4. Persediaan BBM menipis, kapal Pertamina tidak bisa bersandar sehingga stok habis dalam waktu singkat .
5. Listrik dibatasi 12 jam sehari karena kekurangan BBM, menyebabkan gangguan sinyal seluler dan operasional PLN .
6. Pekerjaan lumpuh, pelajar dan mahasiswa terancam putus sekolah karena orang tua kehilangan penghasilan dari hasil bumi .
7. Kerugian ekonomi besar lainnya: komoditas seperti CPO dan batu bara tak bisa dikirim, diperkirakan hingga ratusan miliar rupiah .
Penyebab Pendangkalan
Sedimentasi alami: endapan lumpur dan pasir dari sungai yang mengendap di alur pelayaran pelabuhan.
Kurangnya pengerukan rutin: Pelindo selaku pengelola belum menindak cepat padahal anggaran dan alat sudah ada, pengerukan tidak memberikan hasil signifikan .
Kurang antisipasi dan mitigasi oleh pemerintah daerah maupun pusat .
Siapa Bertanggung Jawab?
1. PT Pelindo Regional 2 sebagai pengelola alur pelabuhan berkewajiban memastikan alur tetap layak dilintasi. DPRD dan Gubernur Bengkulu sudah mendesak Pelindo, namun penanganan masih lamban .
2. Kementerian Perhubungan dan pemerintah pusat harus ikut mengawasi agar alur tetap tersedia, apalagi terbukti memenuhi ranah NKRI .
3. Pelni (PT Pelayaran Nasional Indonesia) sebenarnya tidak bertanggung jawab atas pengerukan, namun jika alur siap, Pelni dapat dioperasikan untuk menjangkau Enggano. Namun saat ini masalahnya bukan layanan Pelni, melainkan alur pelabuhan.
Dampak Jika Kapal Tidak Bisa Berlabuh
Krisis logistik: pasokan BBM, sembako terganggu → harga naik, listrik dan sinyal terimbat .
Kerugian hasil panen: jutaan ton pisang, ikan, dan hasil laut/pertanian dibuang, berdampak pada ekonomi mikro dan makro.
Pendidikan terganggu: pelajar & mahasiswa tidak bisa bepergian, orang tua kehilangan biaya sekolah .
Keselamatan kapal: kapal harus merapat di laut lepas, menjauh dari dermaga—risiko tinggi bila cuaca buruk .
Solusi Mengatasi Pendangkalan
1. Pengerukan (dredging) rutin oleh Pelindo/Kemenhub dengan alat berat (backhoe, cutter suction dredger) hingga kedalaman standar kapal feri dan kargo.
2. Sistem pemantauan periodik: depth sounding dan pemetaan alur agar sedimen bisa diantisipasi lebih cepat.
3. Pemanfaatan sedimen: hasil pengerukan bisa digunakan untuk reklamasi atau dijual jika memenuhi syarat regulasi (Pasal PP 26/2023 tentang pemanfaatan sedimen laut—tidak merupakan pasir laut), sehingga biaya pengerukan bisa ter-cover .
4. Alih kelola alur: Gubernur mengusulkan agar urusan pengerukan dialihkan dari Pelindo ke Pemprov/Kabupaten agar respons lebih cepat .
5. Rencana darurat: pengiriman sembako, BBM lewat kapal nelayan atau helikopter/logistik darat jika perlu sampai pengerukan selesai.
6. Peran Pelni: setelah alur siap, Pelni dapat ditugaskan melayani Enggano secara reguler, meningkatkan efisiensi logistik.
Kesimpulan & Rekomendasi Intinya, yang bertanggung jawab utama atas pendangkalan adalah Pelindo Regional 2 dan Kemenhub, dengan pengawasan dari Pemprov Bengkulu dan DPRD.
Pelni tidak punya tanggung jawab atas pengerukan, tetapi dapat menjadi penyedia jasa pelayaran jika alur dibuka.
Solusi jangka pendek: pengerukan intensif, pemantauan, distribusi darurat.
Solusi jangka panjang: penyusunan regulasi pemanfaatan sedimen, perencanaan pengerukan rutin, dan alih kelola jika Pelindo tidak proaktif.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kapal kembali bisa bersandar di Pelabuhan Pulau Baai, memulihkan rantai logistik, mencegah kerugian, dan mengembalikan roda perekonomian masyarakat Pulau Enggano.
Kita berharap semoga pihak yang pertanggung jawab cepat tanggap dan melakukan tindakan pengerukan sedimentasi di Pelabuhan P Baai sehingga kapal dan alat transportasi laut lainnya dapat berlabuh untuk menunjang kegiatan perekonomian di Pulau Enggano.
Source :
Kompas.com, TV One
Tidak ada komentar:
Posting Komentar