Translate

Kamis, 10 Mei 2018

Kisah Masjid Yang Sepi

*KISAH MASJID YANG HILANG ?*

Awal Mei 2018 saya menginap di hotel
Sheraton Grand  Jakarta Gandaria City Hotel. Hotel bintang lima ini satu building dengan Lotte dan Metro Mall.  Dari kamar LT 11 saya menengok ke bawah , berseberangan pintu keluar di selatan terlihat kubah hijau  masjid . Terlihat cukup besar bangunannya. Saya jadi berniat  untuk  sholat maghrib kesitu . Saya turun dan  menuju kesana, yang nampak hanya pintu gerbang bertuliskan BMMT Al-Asyrotusy Syafi'iyyah. Tak terlihat bangunan masjid. Papan nama masjid tidak terlihat dari jalan  karena ditutupi oleh banyak gerobak makanan sepanjang trotoar. Tertulis masjid Jami Al-Asyrotusy Syafi'iyyah. Saya masuk pintu gerbang , menuju ke halaman bangunan menyerupai sekolah , namun tidak tampak  akses menuju masjid . Sebenarnya ada  pintu di  sebelah utara  yang tampaknya langsung menuju masjid,  namun pagar pintu terkunci. Di halaman saya  bertemu seseorang yang memberitahu arah ke masjid , melalui lorong atau gang di dalam bangunan sekolah. Tanpa diberitahu, orang tidak tahu jalan menuju masjid yang tersembunyi. Tampak  dari atas Hotel, tapi tidak terlihat dari jalan raya.
Kemudian tampaklah masjid berwarna hijau , 2 lantai , cukup untuk menampung 500 jemaah. Terlihat gelap,  kusam, kotor , kumuh dan tidak tertata.  Halaman masjid  dihamburi  oleh dedaunan dari  pohon mangga yang jatuh. Tempat rak sepatu juga  sudah hancur. Di dalam masjid  hanya  sekitar 10 jemaah bersiap sholat , semua anak muda dan satu jemaah wanita.  Kemudian iqomat selesai. Para jemaah yang masih muda-muda terlihat saling menatap, menunggu siapa yang bersedia imam. Karena saya merasa paling tua maka saya maju memimpin imam. Kelihatannya para jemaah dan yang adzan  adalah orang asing juga seperti saya,  pengunjung mall yang ingin sholat . Tidak ada  imam masjid  yang bertugas  mengatur sholat .
Sajadah tempat imam sudah kumal, pudar, cokelat dan bau menyengat dari bekas keringat . Saya punya rhinitis alergika, sehingga bersin dan pilek kumat oleh debu dan bau.
Selesai  sholat  pandangan  saya  menyapu seluruh ruangan. Tampak   karpet yang tua, kering , melengkung , berpasir, tidak beraturan. Plafon yang berlobang. Kaca kotor yang dilapisi korden putih yang berubah  jadi hitam. Disebelah kiri tempat sholat imam  , dinding kayu sudah lapuk dimakan rayap dan  sarang untuk membentuk bukit sudah  terbentuk. Saya merenung, persis berhadapan  dengan bangunan mewah, dan di Jakarta , kok masih ada masjid tidak terurus seperti ini.
Saya bertanya kepada satu-satunya jemaah wanita,yang ternyata tinggal  disana merawat masjid. Dia cerita bahwa ini masjid wakaf.  Mualim yang menjadi pengurusnya , sudah meninggal dunia. Diganti menantunya yang mengurusi ,  namun tinggal jauh dari masjid. Sehingga  masjid  sudah tidak terurus lagi.  Adapun bangunan serupa sekolah tersebut adalah bekas pesantren ,yang katanya sudah buyar.

Di kamar hotel saya mencoba searching di google  memasukan  key word nama masjid  tersebut , namun tak muncul data apalagi deskripsi. Bahkan dengan aplikasi Muslim Pro tidak terdeteksi adanya masjid yang hanya 200 meter dari hotel.
Saya merenung.  Persis di depan hotel dan mall yang mewah, ditengah gemerlapnya kehidupan duniawi Jakarta , ditengah kota yang dipimpin oleh gubernur muslim, kota tempat  tinggal pula presiden yang muslim, terdapat masjid yang pelan-pelan akan  hilang ditelan oleh kerusakan, ditinggalkan oleh kemajuan jaman . Masjid yang sepi jemaah karena kondisinya tidak terurus. Bahkan google pun tak pula  mengenalnya. Masjid tua renta yang seakan "hilang" tidak tertoleh oleh  ramainya Jakarta. Dengan posisinya yang strategis , mestinya masjid ini bisa bernasib baik dan makmur  seperi Masjid Raya Al-Musyawarah di depan mall kelapa gading dan hotel Harris.
Saya menulis ini karena berharap ada  warga muslim Jakarta yang  mau menoleh ke  masjid tersebut , menghidupkan dan memakmurkannya.
Semoga. Wallahualam.
Dr Atma G, SpPD, KGH.

Mari kita galang kekuatan relawan untuk panggilan illahi.

Silahkan Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar