Saya tidak tahu vaksin apa namanya, entah extrazeneca, pfizer, atau sinovac.
Apalah nama vaksin itu yang penting saya akan disuntik vaksin, walaupun ada rasa khawatir akan berita yang beredar di sosmed tentang vaksin tertentu yang ketika orang disuntik terus demam tinggi dan beberapa hari kemudian malah menemui tuhannya.
Saya penganut filosofi ' better then never ' artinya lebih baik ada harapan hidup dari pada sama sekali tidak, lebih baik divaksin dari pada tidak sama sekali.
Intinya begini, lebih banyak orang yang mati karena tak di suntik vaksin dari pada orang yang menerima suntik vaksin, dan dalam hal ini adalah ' Saya menghindari Bahaya yang lebih' .
Ternyata banyak sekali hal yang tak tertuga pada zaman ini terutama di negara Indonesia, masih banyak orang yang tak percaya bahwa ada penyakit menular berbahaya yang mirip flu terus langsung mati karena tak bisa nafas yang mereka para ilmuwan sebut sebagai penyakit Covid19.
Banyak orang yang tak menghiraukan anjuran protokol kesehatan. Padahal banyak yang megap megap susah nafas seperti orang yang akan mati tenggelam, dan mereka melihatnya, bukan satu atau dua orang tapi lebih dari puluhan juta orang dan terjadi diseluruh penjuru dunia!
Ternyata malaikat maut tak menciutkan nyali mereka warga +62 akan sentuhan Covid19,
dan ternyata ada diantara kita yang santai menanggapinya (pemberani?)
Entah itu pasrah, tak peduli, apatis, putus asa,tak percaya, hoax, menggangap rekayasa, keyakinan yang berlebih atau mungkin gobloknya kebangetan tak mau menerima vaksin walau suntik vaksin itu gratis.
Mungkin sekali disisi pemikiran mereka yang anti vaksin yang termakan berita hoax menganggap kita ini orang dungu yang mau saja divaksin padahal itu senjata biologi dari negara yang sedang perang karena persaingan perdagangan atau mereka kaum anti vaksin menganggap kita orang goblok yang mau saja ditipu pemerintah yang mau saja menerima suntik yang isinya cuma air infusan sama seperti ternak sapi yang diisi air terus terusan supaya tampak gemuk dan mahal harganya kemudian mati disembelih.
Jika memang ini benar perang jika memang ini persaingan produk farmasi, jika memang ini perang biologi, jika memang ini senjata kuman lantas kita mau apa?
Mungkin ada baiknya kita mendengar saran ahli perang tersohor di seluruh dunia :
"Saat kaki kita terkena panah, hal yang utama bukanlah mencari siapa yang memanahmu karena waktumu akan habis untuk itu, tapi cabut panah yang menancap dibetismu supaya tak menghalangi gerakanmu kemudian kejarlah dan bunuh pemanahnya".
Jika benar ini hoax, jika benar covid19 senjata kuman, jika benar ini perang biologi maka hal yang utama adalah suntik vaksin dulu kemudian setelah sehat gagah perkasa mari kita cari negara pemanah senjata kuman!